biografi Rockerz
Biografi
dari Patric Nawa Kota
Anak
rockerrrrrrrrr
Nama
lengkapnya adalah Patric Novendhy Nawa Kota. Dia biasa dipanggil dengan nama
Patric oleh teman-temannya di sekolah, kalau di rumah atau di lingkungan tempat
tinggalnya, ia lebih akrab dipanggil dengan nama Paji yang artinya dalam bahasa
daerah disana ( bahasa suku Sabu ) adalah” Tiang
Bendera”. Nama ini diberikan oleh kakeknya karena dia lahir tepat pada hari
pahlawan yaitu pada tanggal 10 november tahun 1989. Paric adalah anak ketiga
dari sembilan orang bersaudara, ia memiliki 3 saudara laki-laki dan 5 saudari
perempuan. Ayahnya bernama Marthinus Nawa Kota, beliau bekerja sebagai seorang
pendeta di GMIT (Gereja Masehi Injili di Timor), sedangkan ibunya bernama Fince
Dimu adalah seorang guru olahraga di SLTPN 5 Kota Kupang. Sejak kecil ia sudah
dididik dalam keluarga kristen yang taat.
Ketika
berumur 6 tahun, ia memulai pendidikan di SD Inpres Bakunase 1 di kelurahan
Bakunase , kota kupang-NTT, kemudian setelah lulus dia melanjutkan
pendidikannya di SMPN 5 Kota Kupang-NTT dan menamatkan pendidikan di tahun 2001.
Kemudian ia melanjutkan pendidikan di salah satu sekolah kejuruan yaitu SMKN 5
kupang dan masuk jurusan elektro. Disinilah dia mulai mengenal pergaulan bebas
yang membawanya pada kegagalan studi, ia sering absen dan bolos sekolah untuk
pergi barmain di sekolah-sekolah lain dan mulai mengenal rokok dan minuman
keras. Dia kemudian tidak naik kelas dan harus mengulang di bangku kelas 1,
tapi itu belum membuatnya jera sehingga pada akhirnya ia dikeluarkan dari
sekolah. Setelah dikeluarkan ia tidak berani tinggal di rumah lagi, dia tinggal
dirumah temannya yang juga putus sekolah dan mereka bekerja sebagai buruh kasar
di pelabuhan Tenau-Kupang, tetapi kemudian dia berhenti dan bekerja sebagai
tukang ojek karena ada kenalannya yang mau memberikan sepeda motor kepadanya agar
bisa dia pakai untuk mencari nafkah.
Setelah
beberapa bulan bekerja sebagai tukang ojek, ia tidak berubah juga dari pola
hidupnya yang lama, ia masih gemar minum minuman keras. Ia kemudian mengalami
suatu kecelakaan yang hampir merenggut nyawanya yaitu kecelakaan lalu-lintas
yang serius, kepalanya mengalami benturan keras di batu sehingga ia harus
dirawat di rumah sakit selama ± satu bulan, ia sempat koma selama 2 minggu.
Setelah sembuh dan keluar dari rumah sakit, ia mulai berubah dari pola hidup
yang lama dan kembali bersekolah di SMKN 2
Kupang. Namun, karena tidak tahan dengan pendidikan di sekolah yang
keras (sering mendapat hukuman dipukul dengan kabel listrik oleh gurunya di
sekolah) ia kemudian berhenti sekolah di sekolah itu dan pindah Ke sekolah
swasta yaitu SMK Cahaya Putra Kupang dan tamat tahun 2008.
Setelah
selesai sekolah, ia pergi ke pulau Rote, salah satu pulau di Propinsi NTT untuk
mencari pekerjaan, karena saat itu Pulau Rote baru menjadi daerah otonom baru,
yaitu Kabupaten Rote-Ndao. Ia diterima sebagai tenaga kontrak untuk bekerja
sebagai seorang penjaga Kantor Dinas Pariwisata Kabupaten Rote-Ndao dengan gaji
Rp 750.000,00/bulan, di sana ia tinggal di rumah salah seorang temannya. Namun,
setelah bekerja selama 7 bulan ia tidak pernah diberikan gaji, tidak ada
kejelasan mengenai waktu penerimaan gaji tenaga kontrak waktu itu.
Ia kemudian
berhenti bekerja dan mulai menggeluti sebuah usaha baru bersama dengan
temannya, mereka membuka usaha peternakan ayam potong dan berhasil pada 3 bulan
pertama, memasuki bulan keempat usaha itu mulai jatuh, dikarenakan banyak ayam
yang sakit dan mati sehingga mereka mengalami kerugian yang besar, mebuat
mereka menghentikan usaha peternakan itu. Patric akhirnya memutuskan untuk
pulang dan mendaftarkan dirinya di sebuah universitas kristen yaitu UKAW
(Universitas Kristen Artha Wacana) Kupang, setelah mengikuti serangkaian
tes-tes, ia dinyatakan lulus dan resmi menjadi Mahasiswa Fakultas Teologi UKAW
Kupang Angkatan 2009.
Dalam
tahun-tahun pertamnya di bangku kuliah, ia masih kesulitan menyesuaikan diri
dengan keadaan dan cara belajar di kelas, hal ini disebabkan karena dia tidak
memiliki dasar pendidikan yang baik di waktu SLTA. Waktu semester I ia mendapat
IP 2,89 dan menurun di semester II menjadi 2,56 dan menurun drastis di semester
III menjadi 1,65. Ia mulai bisa menyesuaikan diri dengan baik dan memperbaiki
IP-nya di semester IV, ia mendapat IP 3,25. Keberhasilan ini berlanjut hingga
ia menginjak semester VI, ia mampu mempertahankan IP-nya sampai 3,50. Ketika
pulang dari praktek jemaat dan memasuki semester VII ia mengalami banyak
masalah, masalah dalam keluarganya dan hubungan pacaran yang membuarnya patah
hati, membuatnya tidak lagi serius dalam perkuliahan, bahkan ia memilih untuk
cuti akademik selama 2 semester. Ia hanya menghabiskan waktu dengan
teman-temannya yang bukan teman kuliah, ia kembali ke kehidupannya yang lama,
kembali minum-minuman keras dan menjadi pemadat lagi. Jika saja teman-teman
kuliah yang seangkatan dengan dia tidak mencari dan mengajaknya untuk embali ke
kampus, mungkin dia sudah di drop out (DO) dari kampus. Setelah kembali ke
kampus lagi, ia mulai menata kehidupannya ulang, ia kembali serius untuk
berkuliah, mengejar materi yang sudah terlambat.
Ia
kemudian mampu menyelesaikan setiap mata kuliah yang menjadi kewajibannya
secara akademis, ia telah pula mengikuti dengan baik masa praktek di jemaat,
ketika tiba saatnya ia bergelut dengan penulisan karya ilmiah,
proposal-skripsi, ia mulai kembali dilanda masalah baru yang terjadi dalam
keluarganya. Terjadi masalah inheren dalam keluarga yang sangat berpengaruh
secara psikologis terhadap dirinya, masalah ini membuatnya stres sehingga
mengakibatkan kurang serius dalam mengerjakan karya ilmiahnya. Ia menjadi
seorang yang pemalas dan ragu-ragu terrhadap masa depannya. Ketika ia sudah
semester XII dan wajib untuk ujian proposalnya, ia ternyata belum siap karena
belum mengerjakannya. Hal ini membuat para dosen pembimbing dan penasehat
akademiknya menjadi marah dan padanya. Kemarahan mereka bukan karena mereka
membencinya, namun karena mereka tidak mau kalau sampai ia nantinya harus di
Drop Out dari kampus karena waktu yang sudah terbatas.
Pada
akhirnya ia tidak mau lagi melanjutkan kuliahnya, ia sudah ingin berhenti total
dari perkuliahan. Tetapi ada seorang temannya yaitu seorang pendeta juga yang
mencarinya dan mengajaknya untuk kembali dan menyelesaikan kuliah, pendeta itu
membimbingnya dan memberi nasihat kepadanya dengan bijaksana, ini mebuatnya
merenungkan jalan hidupnya. Ia mengingat kembali janjinya dahulu, yaitu bahwa
ia ingin melayani Tuhan dan bahwa cita-citanya adalah supaya menjadi pendeta
yang taat kepada Tuhan, ia juga berpikir tentang orang tau, keluarga dan masa
depannya di kemudian hari. Dari perenunngannya dan dari bimbingan oleh pendeta
itu, akhirnya ia kembali ke kampus untuk menghadapi semua masalah yang telah ia
lakukan dengan penuh tanggungjawab dan kesadaran penuh.
Keluarganya
mulai mendukungnya kembali sehingga rasa percaya dirinya timbul kembali, dan ia
bertekat untuk kembali dan malanjutkan studi di Fakultas Teologi UKAW,
setelah bertemu dengan beberapa dosen termasuk dosen penasehat
akademiknya, ia tahu tenyata bahwa waktunya sudah tidak mungkin lagi untuk
melanjutkan studi di kampus itu, ia telah terhitung sebagai mahasiswa akhir
semester XV, karena itulah maka kampus memberikannya pilihan untuk transfer
kuliah ke kampus lain. Orangtuanya yang tidak ingin anaknya gagal dan karena
melihat keseriusanya juga pada akhirnya menyetujui rencana kepergiannya ke Kota
Makasar untuk melanjutkan studi. Tanggal 4 januari 2017 bersama dengan kedua
temannya mereka berangkat ke Makasar untuk melanjutkan studi di STT Intim
Makasar. Seminggu kemudian setelah mendaftar dan melakukan kewajiban
administrasi, mereka resmi menjadi mahasiswa STT Intim Makasar angkatan 2016
dan hingga saat ini ia dan teman-temanya bersemangat untuk menyelesaikan kuliah
mereka.
Inilah
sepenggal kisah hidup Patric Nawa Kota, ia telah memaknai dirinya sebagai
seorang calon pelayan Tuhan, seorang calon pendeta yang akan terus dididik oleh
Tuhan melalui pengalaman-pengalaman hidupnya. Ia terus belajar dan berjuang
untuk menggapai cita-citanya itu meskipun ia pernah berulang kali jatu, namun
ia tidak berhenti untuk berusaha. Hidupnya ibarat tiang bendera yang
mengibarkan panji-panji perjuangan.
Comments
Post a Comment
no SARA NO pornografi