teologi misi : misi gereja mula-mula
BAB 1
PENDAHULUAN
Latar
Belakang
Di
dalam Perjanjian Lama, kegiatan misi menurut David J. Bosch, belum secara jelas dipaparkan.
Menurutnya,
pemanggilan orang-orang percaya di dalam Perjanjian Lama tidak dimaksudkan
untuk penerimaan tugas sebagai misioner. Pemahamannya, ditekankan pada pemahaman yang
bersifat tradisional tentang misi sebagai penyebaran kabar baik oleh para
pengkhotbah yang diutus ke daerah-daerah yang jauh. Baginya, Allah sendiri yang
berinisiatif untuk menyatakan diri-Nya,
dalam sejarah Perjanjian Lama. Bangsa Israel hanyalah sebagai alat untuk
menunjukkan keterlibatan Allah di dalam sejarah. Oleh karena itu, bangsa-bangsa lain melihat sejarah
bangsa Israel sebagai daya tarik untuk pergi ke Yerusalem dan menyembah Yahwe.[1] Jadi,
tidak ada kegiatan misi dalam Perjanjian Lama.
Hal
ini berbeda dengan masa Perjanjian Baru. Perbedaan yang paling kontras antara Perjanjian
Lama dan Perjanjian Baru adalah kegiatan misi. Di dalam Perjanjian Baru, kegiatan misi
dipelopori oleh Yesus Kristus. [Y1] Pada
masa-Nya, orang-orang yang menerima Injil tidak disebut jemaat atau gereja
tetapi disebut para pengikut. Barulah setelah peristiwa Pentakosta dikenallah
istilah jemaat Kristen yang mula-mula (pada tahun 57 Masehi). Setelah penerimaan Roh
Kudus itu, kegiatan misi mulai berkembang. [Y2]
Pada
topik pembahasan ini, kelompok akan mengangkat tentang misi di zaman gereja mula-mula.
Pembahasan mengenai awal sejarah gereja atau jemaat mula-mula dapat dipelajari
dari kitab Kisah Para Rasul. Kitab ini melukiskan kehidupan jemaat yang rukun dan dalam
suasana yang damai sejahtera.[Y3]
BAB
II
MISI
DI ZAMAN GEREJA MULA-MULA
A.
Konteks
Gereja Mula-mula
1.
Politik
Pada masa kelahiran gereja, ada dua kekaisaran yang
berkuasa. Kedua kekaisaran itu ialah kekaisaran Romawi dan kekaisaran Partia.[2]
Wilayah-wilayah yang berada di sekitar Laut Tengah berada di dalam kekuasaan
kekaisaran Romawi. Sedangkan wilayah Irak dan Iran yang sekarang, berada di bawah kekuasaan Persia.[3]
Kegiatan
misi yang dibicarakan dalam Kitab Kisah Para Rasul tidak menyinggung tentang kegiatan
misi di wilayah-wilayah Timur. [Y4] Hal
ini diakibatkan oleh orang-orang yang diperhadapkan pada batas-batas wilayah
kekuasaan antara kekaisaran
Romawi dan kekaisaran Partia. Kedua negara ini sering berperang. Bahasa Yunani
jarang dipakai di Timur, sehingga kegiatan misi hanya dilakukan oleh
orang-orang Yahudi Kristen dari Siria dan Palestina. Oleh karena itu, dalam
beberapa hal kekristenan di Timur dipengaruhi oleh pandangan-pandangan Yahudi.[4]
2.
Agama
dan aliran-aliran kepercayaan
Keanekaragaman agama
terdapat dalam wilayah-wilayah kekuasaan imperium Romawi dan Persia yang luas.
Misalnya agama Yahudi, agama Babilonia dan agama Zoroaster.[5]
Namun, kehadiran sejumlah besar agama suku di wilayah itu, tidak lagi dapat memuaskan banyak
orang. Hal
ini,
membuat mereka mencari jalan keselamatan dari aliran kepercayaan
lain.[6] [Y5]
30-150 M, mulai muncul
kesadaran bahwa Hukum Taurat tidak boleh dianggap sebagai syarat bagi
keselamatan. Paulus adalah tokoh misionaris yang memiliki pandangan bahwa orang
Kristen tidak perlu mengikuti perintah-perintah Hukum Taurat. Menurutnya orang
percaya telah dipersatukan oleh Kristus melalui kematian dan kebangkitan-Nya
(Rm 6; Kol 2:6-3:4).
Pada
Sidang gereja di Yerusalem (48 M), Paulus berhasil meyakinkan para rasul
lainnya untuk tidak memaksa orang-orang Kristen bukan Yahudi untuk menaati
Hukum Taurat. [Y6]
Kegiatan misi yang dilakukan
oleh Paulus dan sejumlah orang (bnd.
Kis.
8:24-25), menjangkau daerah-daerah di sebelah Barat Palestina. Pusat pekabaran
Injil yang utama ialah Antiokhia
kemudian Paulus mengabarkan Injil di wilayah Asia kecil dan di Yunani (47-57 M).[7]
3.
Lingkungan
Sosial
Keadaan sosial jemaat mula-mula
dapat ditemukan dalam Kisah Para Rasul 2:41-47. Secara garis besar, kehidupan
mereka digambarkan sebagai hidup yang saling berbagi. Persekutuan mereka itu
sangat erat, baik dalam hubungannya dengan manusia maupun dengan Tuhan. Namun pada
perkembangannya, jemaat mula-mula mulai mengalami penyiksaan-penyiksaan yang
dimulai pada tahun 64 Masehi. [Y7] Hal
ini disebabkan oleh adanya tuduhan dari kaisar Nero terhadap para pengikut
Kristus. Mereka dituduh sebagai pelaku pembakaran kota Roma pada saat itu.
4.
Budaya
Budaya yang paling
menonjol pada masa ini adalah budaya helenisme yang sudah bercampur dengan
unsur-unsur yang berasal dari Asia Barat. Unsur-unsur itu misalnya, keyakinan bahwa raja adalah anak-anak dari dewa. Kebudayaan ini
sangat kuat pengaruhnya di wilayah Barat kekaisaran Romawi, misalnya di Aleksandria,
Antiokhia dan Palestina. Sementara di daerah Timur kekaisaran Romawi pengaruh
helenisme tidak begitu terasa. Bahkan, penduduk asli di Asia Barat menolak
budaya ini. Namun ada juga yang berusaha mengawinkan budaya helenis dan agama
Yahudi (Philo dari Aleksandria).
B.
Peranan
Filsafat
Para
teolog Kristen mempunyai pandangan yang baik terhadap filsafat kafir. Namun
mereka tidak menyukai agama-agama kafir. Hal ini dapat dilihat dari seorang tokoh yang bernama Malherbe. Ia
menerbitkan sumber yang di dalamnya memuat kutipan-kutipan dari para filsuf moral Yunani-Romawi. Dalam tulisan
ini dapat dilihat adanya hubungan akrab dan saling mempengaruhi antara para
filsuf dengan para pengarang Kristen. Malherbe, dalam tulisannya mengatakan
bahwa pemikiran rasul Paulus juga telah
terpengaruh oleh aliran filsafat tersebut. Platonisme, Stoa, Cynic dan Epikurean
merupakan aliran-aliran filsafat utama pada masa itu. Pengaruh dari Platonis terhadap pemikiran
Kristen tercapai dalam dua segi, yakni kekekalan dan waktu. Platonis membedakan tentang apa yang sejati dan apa yang
kelihatan, realitas dan bayang-bayang, yang memainkan peranan khususnya dalam
teologi ekaristi.[8][Y8]
Konsep
utama dari orang Yunani adalah pengetahuan. Bahkan keselamatan dikatakan harus
ditemukan di dalam pengetahuan. Di mana gagasan mula-mula tentang pengetahuan
melalui pengalaman semakin digantikan oleh gagasan tentang pengetahuan yang
rasional.[9]
Pada
umumnya tujuan dari para filsuf pada waktu gereja memasuki dunia zaman Hellenisme
adalah sama. Di mana mereka ingin membaharui hidup kesusilaan agar manusia
dapat menemukan kebahagiaan dan kesenangan batiniah yang mereka impikan itu.
Hal ini dicapai dengan cara melakukan perbuatan yang baik serta perilaku hidup
yang baik pula.[10]
C.
Pokok-pokok
Teologi Misi dalam Zaman Gereja Mula-mula
Pada
zaman gereja mula-mula mulai berkembang berbagai macam-macam pokok ajaran
mengenai teologi misi. Pokok-pokok teologi itu di dalam Perjanjian Baru di
antaranya sebagai berikut:
1.
Partikularisme
Kegiatan misi pada masa ini mulai
dilakukan ke semua bangsa. Meskipun demikian, jemaat-jemaat Kristen Yahudi
masih tetap berpegang pada Hukum Taurat dan memandang bangsa lain sebagai
bangsa kafir. Oleh karena itu, bangsa-bangsa lain itu haruslah menjadi Yahudi
baru bisa menjadi Kristen. Jadi, misi yang mereka lakukan adalah misi yang
bersifat partikularistik.[11]
2.
Universalisme
Berbeda
dengan kegiatan misi yang partikularistik. Misi yang bersifat universalistik
ini dipelopori oleh rasul Paulus dan kawan-kawan. [Y9] Mereka
lebih menekankan kepada pemberitaan Injil bagi orang-orang non-Yahudi.
Pemberitaannya mengenai pelayanan pendamaian. Allah telah mendamaikan diri-Nya
dengan dunia melalui Yesus Kristus. Dunia yang dulunya berada dalam
keterasingan dan kungkungan Hukum Taurat telah dibebaskan. Dengan kata lain,
dunia tidak hanya dibebaskan dari dosanya tapi juga dibebaskan dari Hukum Taurat.
Jadi, menjadi Kristen tidak perlu menjadi bangsa Yahudi.[12]
BAB
III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Perkembangan
misi dimulai secara jelas pada masa kelahiran jemaat mula-mula. Berbagai
karunia mereka peroleh demi terlaksananya kegiatan misi tersebut (Kis. 2:4;
5:12; 1 Kor. 12:8-10). Misi pada masa ini terus berkembang. Bahkan ketika
mereka berada di dalam masa penganiayaan sekalipun, misi tetap berlangsung dan
kekristenan tetap hidup sampai sekarang. Salah satu contoh misionaris yang memperjuangkan
kepercayaannya yaitu Yustinus Martyr.[Y10]
Kehidupan
jemaat mula-mula ditandai dengan suatu hubungan kebersamaan. Mereka hidup
saling berbagi dan saling melengkapi. Pada waktu itu kesenjangan sosial sama
sekali tidak dirasakan oleh jemaat mula-mula. [Y11]
Kehidupan
dari jemaat mula-mula sangat sulit ditemukan pada kehidupan kita di masa
sekarang ini. Hanya sedikit orang yang ingin hidup berbagi dengan sesama tanpa
mengharapkan imbalan. Kebanyakan orang memberi dari kelebihannya bukan dari
kekurangannya. Demikian juga dengan hal tolong-menolong. Kita hanya ingin
menolong orang-orang yang kita senangi saja atau orang-orang yang sudah biasa
menolong kita.
Di
zaman modern ini, jemaat cenderung hidup dalam individualisme. Banyak orang
hanya mengutamakan kepentingan pribadi dan mengabaikan kepentingan sesama.
Hal-hal amal cenderung dilakukan dengan tujuan menaikkan status sosialnya. Sekalipun demikian, tidak menutup kemungkinan
adanya tindakan amal yang tulus yang dilakukan oleh pihak-pihak tertentu.
Sebagai
murid-murid Kristus, kita tidak boleh hanya mempelajari tentang teori saja,
tetapi juga harus menerapkannya dalam tindakan kita sehari-hari. Dengan demikian,
kita tidak hanya hebat bermisi dalam teori, tetapi juga mampu melaksanakan misi
tersebut. Kita diutus ke dalam dunia.
Oleh karena itu penyebaran misi yang dilakukan oleh kita haruslah bersifat
holistik dan kosmik. Jadi, kita memiliki tugas untuk menggarami dan menerangi
dunia.
KA Wulan
Misi di zaman gereja mula-mula
1.
Konteks
Gereja mula-mula
Dimulai di
yerusalem ada ketegangna dengan orang Kristen berbahasa Aram dan berbahasa
Yunani. Awalnya orang Kristen dianggap rendah. Kemudian muncul tokoh-tokoh
seperti origenes, yustinus martir dengan berbagai karya mereka yang menandingi
para filsuf.
Tahun 313
agama kaum tertindas menjadi agama negara (corpus Kristianum). Alasannya karena
kaisar masuk Kristen makanya semua jadi Kristen. Dari situ tidak hanya sebuah
gereja tetapi kekristenan menjadi sebuah lembaga.
2.
Peranan
Filsafat
Filsafat
gives sumbangan dalam kekristenan. Sumbangan yang paling besar adalah membantu
mendefinisikan iman Kristen dan membuat doktrin2 iman Kristen menjadi dogamtis.
Dalam perkembangan terjadi pergeseran dalam ajaran Kristen yaitu penekanan pada
Ratsio atau pengetahuan.
3.
Pokok2
teologi misi gerja mula2
1.
Partikularisme
2.
Universalisme
3.
Eskatologi
Perhatian
jemaat lebih kepada surga bukan dunia. Pokok misi dari mana Yesus datang bukan
mengapa Ia datang sebagaimana keterlibatan Allah dalam sejarah. Akibatnya
pemahaman mengenai keselamatan dunia bergeser pada soteria atau pembebasan dari
materi.
4.
Ajaran
mengenai keselamatan
Artinya orang
Kristen ingin diselamatkan dari dunia bukan untuk memperbaharui dunia. Akibat
yang lain adalah pengaruh gnostik. Ada pandangan bahwa Yesus Kristus tidak
sungguh2 manusia.
[1] David J.
Bosch, Transformasi Misi Kristen, Jakarta,
BPK Gunung Mulia, 2012, hal. 26
[2] Sesudah
tahun 225 Masehi baru diganti menjadi Persia.
[3] Thomas
van den End, Harta Dalam Bejana, Jakarta: BPK Gunung Mulia, 2012, hal. 3
[4] Thomas
van den End, Harta Dalam Bejana,... hal.
16-20
[5] Agama
Zoroaster dijadikan sebagai agama negara oleh raja-raja Persia sesudah tahun
225 Masehi.
[6] Thomas
van den End, Harta Dalam Bejana,... hal.
3
[7] Thomas
van den End, Harta Dalam Bejana,... hal.
16-20
[8] David J.
Bosch, Transformasi Misi Kristen,...hal.
305
[9] David J.
Bosch, Transformasi Misi Kristen,...hal.
306
[10] H.
Berkhof & I. H. Enklaar, Sejarah
Gereja, Jakarta: BPK Gunung Mulia, 2011, hal. 4
[11]Wulan
Tokoh, Catatan Misiologi: Misi Dalam
Jemaat Perdana, Kupang, Rabu, 30 Oktober
2013.
[12]Wulan
Tokoh, Catatan Misiologi,... Rabu, 30 Oktober 2013
[Y1]Ada perbedaan/kontradiksi
[Y2]Tahun dipertanyakan…karena Yesus
terangkat ke surge tidak pada tahun 57
[Y3]Apakah iya?
[Y4]Way?
[Y5]Bukankah agama2 suku itu juga
aliran? Aliran-aliran lain seperti polities, pantheisme, kepercayaan kepada
kaisar.
Kalau
rakyat mencari jalan keselamatan dan aliran-aliran lain? Bagaimana pekabaran misi? Apakah Misi tidak
berhasil?. Bukankah mereka lebih
tertarik pada agama2 yang monoteis? Jka mereka lebih tertarik pada
aliran-aliran yang lain maka misi rasul paulus itu gagal namun pada kenyataanx
jemaat semakin bertambah terus menerus.
[Y6]Hati2 dengan
[Y7]Mulai dari tahun 33
[Y8]jelaskan
[Y9]ada perbedaan atau ada kontradiksi
bahwa misi Yesus itu bersifat universalisme
[Y10]tidak dijelaskan apa yang dilakukan
oleh yustinus Martir what he does in period of his life.
[Y11]tidak dijelaskan dalam isi?
[Y12]teman-taman:
1.
Ada banyak kekurangan dalam paper teman2.
Tidak ada misi sampai tahun 500. Ada pa disitu?
2.
Di mana
trimakasih, singkat padat
ReplyDelete