remaja kristen dan pornografi
PELAYANAN
PASTORAL TERHADAP REMAJA KRISTEN YANG TERLIBAT PORNOGRAFI
PENDAHULUAN
Di zaman modern ini, segala sesuatu
tampak dilematis. Terlihat alat-alat yang begitu canggih. Segala sumber
informasi dapat kita ketahui melalui internet, seseorang dapat pergi ke suatu
pulau dengan waktu yang begitu cepat, dapat berkomuikasi walau jarak yang
sangat jauh. Namun dikatakan dilematis karena adanya degradasi moral. Melalui
alat-alat yang begitu canggih seseorang dapat mengakses situs-situs yang
berbahaya dan dapat merusak salah satunya pornografi. Remaja pada masa transisi
mereka memilki rasa untuk mencoba sesuatu cukup kuat. Dari motif ini mereka
tidak segan-segan untuk mencoba sesuatu yang negatif. Dalam masa ini rasa
keingintahuan mereka juga sangat tinggi. Itu sebabnya tidak heran jika sangat
banyak remaja yang terlibat ke dalam pornografi. Pornografi sangat merenggut
kehidupan remaja. Tidak terkecuali kehidupan remaja Kristen. Begitu
banyak cobaan, godaan yang dapat membuat remaja Kristen jatuh ke dalam
pornografi ini. Dimulai dari rasa penasaran terhadap pubertas yang dicari
dengan salah, ataupun pencarian dalam kelompok yang malah menjerumuskan ke
dalam pornografi. Beragam godaan juga menjadi faktor tersendiri bagi
remaja. Internet yang menyajikan gambar pornografi yang dapat diakses
dengan mudah, video porno yang mudah dibeli, sampai cerita-cerita panas yang
disewakan. Bahkan iklan pun menjurus ke arah ini. Hal ini akan merusak
mental remaja sehingga memandang pornografi sebagai hal yang biasa. Alkitab
juga mengatakan hal ini sebagai dosa. Namun ketika para remaja terjerat ke dalam
pornografi mereka seharusnya dibimbing dan diarahkan agar mereka kembali
berjalan ke dalam rel Tuhan.
I.
Pornografi di Kalangan Remaja
Kata “remaja” berasal dari kata
bahasa latin yaitu “adolescere” yang berarti
“to
grow” atau “to grow maturity” (bertumbuh dewasa). Dari asal arti kata
tersebut bisa diambil kesimpulan bahwa remaja merupakan masa untuk menuju pada
kedewasan. Apabila didefinisikan secara umum remaja merupakan masa peralihan (transisi) antara masa anak
dan masa dewasa yang berjalan antara umur 12 tahun sampai 21 tahun. [1][1] Sedangkan di dalam buku Pendidikan Agama
Kristen, Daniel Nuhamara memakai batasan remaja yang dimulai kira-kira 12-18
tahun.[2][2] Penulis
dalam makalah ini akan menggunakan batasan usia remaja menurut Daniel Nuhamara.
Semua organ seks berkembang dengan pesat pada usia ini. Remaja laki-laki
mulai menunjukkan perubahan fisik seperti tubuh semakin besar, rambut tubuh
mulai tumbuh, suara semakin berat, dan mengalami mimpi basah (ejakulasi
pertama) dan berlanjut secara berkala. Untuk remaja perempuan pun mengalami
perubahan fisik, payudara berkembang, rambut tubuh mulai tumbuh, suara semakin nyaring, dan mulai mengalami menstruasi, sebagai siklus bulanannya.
Perubahan fisik ini terus diikuti oleh semakin matangnya fungsi organ
seksualnya. Remaja laki-laki mulai dapat memproduksi spermazoa dan remaja
perempuan mulai dapat memproduksi sel telur.[3][3] Perkembangan ini menghasilkan perubahan struktur hormonal di dalam tubuh.
Remaja mulai tertarik kepada lawan jenis, mulai ingin diperhatikan lawan jenis,
ingin dihargai, dan diterima oleh teman, khususnya lawan jenis. Untuk remaja
perempuan, kebutuhan kedekatan, perasaan mengasihi dan dikasihi sering muncul
secara bergantian (sangat berhubungan dengan hormon estrogen dan progesteron
yang diproduksi tubuh secara normal). [4][4]Perkembangan fisik dan hormonal
sangat mempengaruhi perubahan perasaan dan emosi. Di lain sisi, remaja laki-laki mulai tumbuh semakin sensitif terhadap
stimulus / rangsangan seksual dari luar. Hormon Androgen yang diproduksi tubuh
membuat sex drive pada masa itu adalah sex drive paling kuat dalam diri seorang
laki-laki. Remaja perempuan sering mengasosiasikan seks dengan kasih sayang,
cinta dan kedekatan perasaan. Sedang remaja laki-laki seringkali memandang seks
terpisah dari cinta dan kasih sayang. Hal ini tentu membuat remaja laki-laki
lebih rentang jatuh di dalam dosa seksual dibandingkan dengan perempuan.
Kebutuhan penyaluran hasrat seksual inilah yang tidak jarang menjadi awal
kejatuhan anak laki-laki kepada kecanduan seks di kemudian hari.
Yang sangat
disayangkan adalah pertumbuhan organ dan fungsi seksual remaja seringkali tidak
diimbangi dengan pengertian yang benar mengenai seks. Di dalam budaya timur, hal-hal yang berhubungan
dengan seks sangat jarang dibicarakan, apalagi didiskusikan. Hal ini membuat
sebagian besar remaja tumbuh di dalam kebingungan ganda, krisis identitas dan
kebingungan mengenai "keanehan“ pertumbuhan tubuhnya. Lalu kemana mereka
mencari pertolongan? Seringkali pertolongan justru datang dari orang-orang yang
juga memerlukan pertolongan (orang buta mencari orang buta untuk menuntun).
Mereka belajar mengenai seks dari percakapan antar teman buku, majalah, video,
dan yang modern dari internet. Tak heran jika sebagian besar remaja terjerumus
dalam pornografi.
Pornografi (dari bahasa Yunani
πορνογραφία pornographia — secara harafiah tulisan tentang atau gambar
tentang pelacur) (kadang kala juga disingkat menjadi "porn,"
"pr0n," atau "porno") adalah penggambaran tubuh manusia
atau perilaku seksualitas manusia secara terbuka (eksplisit) dengan tujuan
membangkitkan berahi
(gairah seksual). Pornografi berbeda dari erotika.
Dapat dikatakan, pornografi adalah bentuk ekstrem/vulgar dari erotika. Erotika
sendiri adalah penjabaran fisik dari konsep-konsep erotisme.
Kalangan industri pornografi kerap kali menggunakan istilah erotika dengan
motif eufemisme
namun mengakibatkan kekacauan pemahaman di kalangan masyarakat umum.
Pornografi
dapat menggunakan berbagai media — teks tertulis maupun lisan, foto-foto, ukiran, gambar,
gambar bergerak (termasuk animasi),
dan suara
seperti misalnya suara orang yang bernapas tersengal-sengal. Film porno
menggabungkan gambar
yang bergerak, teks erotik yang diucapkan dan/atau suara-suara erotik lainnya,
sementara majalah
seringkali menggabungkan foto dan teks tertulis. Novel dan cerita pendek menyajikan
teks tertulis, kadang-kadang dengan ilustrasi. Suatu pertunjukan hidup pun dapat disebut porno.[5][5]
Jadi, dari uraian di atas dapat
dikatakan bahwa pornografi adalah tulisan atau gambar yang dimaksudkan untuk
membangkitkan nafsu seksual orang yang melihat atau membacanya. Namun,
kemudian hal ini berkembang bukan hanya dalam bentuk tulisan dan gambar tetapi juga
melalui berbagai media lain seperti film, tarian, lagu dan lain sebagainya.
II.
Penyebab-penyebab Pornografi
v Faktor Internal
Faktor internal yang dikemukakan
oleh Welch memberikan garis besar mengapa pemuda remaja terjerumus ke dalam pornografi,
Welch membaginya dalam 5 bagian:[6][6]
1. Faktor
kelengahan atau ketidakpedulian. Di sini pemuda remaja digambarkan acuh
tak acuh terhadap pornografi, pornografi dianggap bukan sebagai ancaman
sehingga mulai dicoba-coba, remaja mulai bereksperimen sampai akhirnya jatuh ke
dalamnya. Di lain pihak, Steve juga menyebutkan bahwa apa yang semakin
dilarang dan dihindari seringkali membuat remaja penasaran dan hal itulah yang
akan dilakukan.
2. Faktor
persahabatan. Remaja biasanya hidup berkelompok dan sangat menghargai
lingkungan sosialnya (dalam hal ini teman-teman sebayanya) sehingga penolakan
dari komunitasnya bernaung sangat dihindari. Oleh karena itu, pemuda
remaja sering jatuh ke dalam pornografi ini apabila komunitasnya juga
terjerumus ke dalam pornografi.
3. Faktor
tergila-gila pada orang lain. Seringkali remaja yang tergila-gila pada
seseorang tertentu tetapi tidak dapat meraihnya akan mengalihkan perasaannya
tersebut pada pornografi. Bahkan ada pandangan yang menyatakan lebih baik
terlibat pornografi dan masturbasi yang relatif tidak menyebabkan apa-apa
daripada terlibat prostitusi akibat tergila-gila pada seseorang.
4. Faktor cinta
dan pengkhianatan. Faktor inilah yang sering dijadikan dalih oleh
remaja. Mereka mengatakan karena cinta kepada seseorang dan sebagai wujud
untuk mengasihinya adalah dengan menahan hawa nafsu mereka untuk melakukan
seks, yang berakibat pada kejatuhan di dalam pornografi. Selain itu,
pengkhianatan cinta juga dijadikan dalih untuk terjebak dalam pornografi.
Karena cintanya ditolak, lebih baik mencintai seseorang yang berada dalam dunia
maya.
5. Faktor
kecanduan. Seseorang yang sudah terjerumus ke dalam pornografi yang
begitu lama akan dipuaskan secara sementara, mengakibatkan pemenuhan kepuasan
tersebut harus dilakukan secara berkala. Atau dengan kata lain tidak
dapat melepaskannya karena sudah kecanduan pornografi.
v Faktor Eksternal
Powlison mengemukakan hal ini dengan
sangat baik. Ia memberikan 3 faktor yang utama.[7][7]
1.
Motif balas
dendam yang disebabkan oleh kepahitan keluarga atau masyarakat. Seorang
remaja yang mengalami kepahitan masa kecil atau mengalami pelecehan seksual
akan mudah terjerumus dalam pornografi.
2.
Faktor ingin
diterima atau disayangi oleh komunitas sekitar. Bayangkan saja, seorang
remaja putri yang badannya tidak proporsional merasa ditolak oleh komunitasnya
dan mendapatkan penerimaan ketika masuk di dalam pornografi.
3.
Faktor
ekonomi. Sebagian dari pemuda remaja yang terjerumus dalam pornografi
diakibatkan karena uang. Demi mendapatkan uang mereka rela dijadikan
objek pornografi itu sendiri, baik melalui telepon, gambar, atau pelaku adegan
seks.
Selain faktor-faktor di atas, tidak
boleh dilupakan pula bahwa pornografi menyebar dengan cepat dalam kehidupan
remaja Kristen karena akses ke dalam hal ini yang begitu mudah. Kemajuan
teknologi yang begitu pesat, seperti internet, akses nirkabel jaringan, telepon
seluler dengan bluetooth-nya menjadi pusat penyebaran pornografi.
VCD dan DVD film “blue” yang mudah didapat, dan dapat ditonton pada notebook
pribadi yang tidak diketahui orang lain juga mendukung penyebaran pornografi
ini.[8][8]
III.
Dampak Pornografi Terhadap Remaja
1. Merusak Hubungan dengan Allah
Remaja yang menggandrungi pornografi
sering menyembunyikan kebiasaan mereka. Mereka tertutup dan sering berbohong.
Tak mengherankan, banyak yang merasa terasing, malu, khawatir, depresi, dan
marah. Mereka merasa tidak layak untuk beribadah kepada Tuhan karena rasa bersalah
yang sangat dalam. Setiap mereka
mengingat hal-hal yang berbau porno tersebut, mereka akan merasa bersalah
kepada Allah. Oleh sebab itu mereka enggan untuk datang beribadah kepada Tuhan.
2. Kecanduan Pornografi
Pornografi memberi makan pada
“keinginan mata” dan “keinginan daging” yang tidak akan pernah terpuaskan.
Pornografi hanya akan membuat ‘penontonnya’ minta tambah, tambah, dan tambah
lagi. Dengan mudah, pornografi memperbudak orang akan nafsunya dan membuka
pintu terhadap segala jenis kejahatan seperti kemarahan, penyiksaaan,
kekerasan, kepahitan, kebohongan, iri hati, pemaksaan, dan keegoisan. Kekuatan
tersembunyi dibalik pornografi akan menunjukkan dirinya pada saat orang yang
sudah terlibat berusaha menghentikan kebiasaannya. Tanpa bantuan, biasanya
orang itu tidak berdaya untuk lepas.[9][9]
Anak usia dini adalah peniru ulung,
apa yang dilihat dan didengarnya dari orang dewasa dan lingkungannya akan
ditiru. Kemampuan anak menyaring informasi sangatlah rendah, belum mampu
membedakan yang baik dan buruk. Bagi mereka orang dewasa adalah model atau
sumber yang paling baik dan nyata untuk ditiru. Para ahli di bidang kejahatan
seksual terhadap anak juga menyatakan bahwa aktifitas seksual pada anak yang
belum dewasa selalu dipicu oleh 2 (dua) kemungkinan yaitu pengalaman atau
melihat. Bisa dibayangkan kalau yang sering mereka lihat adalah materi
pornografi atau aktivitas porno baik dari internet, HP, VCD, komik atau media
lainnya. Maka mereka akan terdorong untuk meniru melakukan tindakan seksual
terhadap anak lain ataupun siapapun obyek yang bisa mereka jangkau.
Sesungguhnya dari proses inilah bermula, sehingga terjadi banyak kasus
kekerasan seksual yang dilakukan anak terhadap anak lain.
Anak-anak yang terbiasa mengkonsumsi
materi pornografi yang menggambarkan beragam adegan seksual, dapat terganggu
proses pendidikan seksnya. Hal itu secara dramatis dapat diketahui dari cara
mereka memandang wanita, kejahatan seksual, hubungan seksual, dan seks pada
umumnya. Mereka akan berkembang menjadi pribadi yang merendahkan wanita secara
seksual, memandang seks bebas sebagai perilaku normal dan alami, permisif
terhadap perkosaan, bahkan cenderung mengidap berbagai penyimpangan seksual.
Pada anak-anak yang memiliki IQ
tinggi, pornografi bisa mengakibatkan mereka kesulitan membangkitkan
konsentrasinya untuk belajar dan beraktivitas, hari-harinya didominasi oleh
kegelisahan dan sedikit sekali produktivitasnya. Sedangkan anak-anak yang
ber-IQ rendah, pengaruhnya bisa lebih ekstrim lagi, mereka tidak berdaya lagi
untuk berkonsentrasi, hari-harinya total dikuasai kegelisahan, dan orang-orang
di sekitarnya akan menghakimi dia sebagai ‘sang pemalas’. Pornografi yang
dikonsumsi anak merupakan sensasi seksual yang diterima sebelum waktunya.
Kesulitan mereka memahami aktivitas pornografi pada orang dewasa, menimbulkan
tanda tanya besar yang tidak mampu mereka jawab dan aktualisasikan, sehingga
yang terjadi adalah mengendapnya kesan mendalam di bawah otak sadar yang bisa
membuat mereka sulit konsentrasi, tidak fokus, mogok belajar, tidak bergairah
melakukan aktivitas yang semestinya, hingga mengalami shock dan disorientasi
(kehilangan pandangan) terhadap jati diri mereka sendiri bahwa sebenarnya
mereka masih anak.
Anak pelanggan pornografi yang
mendapat dukungan teman-temannya sesama penggemar pornografi, akan terdorong
menjadi pribadi yang permisif (memandang maklum) terhadap seks bebas dan mereka
melakukan praktek seks bebas di luar pantauan orang tua. Sedangkan anak
pelanggan pornografi yang dikelilingi oleh teman-teman yang terbimbing dan
bebas dari pornografi, akan cenderung merasa minder dan tidak percaya diri.
Karena kebiasaannya ini, anak merasa sebagai pribadi yang aneh dan berbeda
dalam arti lebih rendah, dan seiring bertambahnya pengetahuan keagamaannya ia
akan merasa paling berdosa dibanding teman- temannya. Dampak ini akan semakin serius
bila anak adalah pelaku atau korban kekerasan atau penyimpangan seksual.
7. Pornografi menjadi Ajang Promosi terhadap Praktik
Seksual yang Menyimpang.
Contohnya, situs porno internet
biasanya terhubung dengan situs porno yang lebih progresif seperti homoseks,
pornografi anak, seks dengan hewan, perkosaan, seks dengan kekerasan dan
lainnya. Ini akan membuat remaja tertentu terganggu secara mental dan
tertantang untuk mencoba. Dengan demikian, makin banyaklah perilaku seks
menyimpang di masyarakat.
8. Merusak Hubungan dengan Lingkungan.
Terbiasa melihat pornografi akan
merusak hubungan orang tersebut dengan lingkungannya, dalam hal ini keluarga
atau orang-orang terdekatnya. Mereka merasa takut, minder, sehingga mereka
memilih untuk menutup diri dan menjauh dari keramaian. Pada hubungan pacaran, hubungan yang
berkembang menjadi tidak sehat.
9. Pornografi Membuat Cara Berpikir Seseorang Menjadi
Penuh dengan Seks Semata.
Pikiran seks akan menguasai alam
bawah sadar mereka. Gambar berbau seks akan melekat pada otak mereka, sehingga
pada saat seseorang memutuskan untuk berhenti melihat pornografi-pun,
gambar-gambar yang pernah ia lihat dimasa lalu akan bertahan sampai beberapa
tahun bahkan selama-lamanya. Mereka mungkin berusaha untuk melupakan itu namun
tidak akan berhasil karena gambar-gambar itu sudah tersimpan di ingatan mereka.
IV.
Bimbingan Konseling Terhadap Remaja
yang Terlibat Pornografi
v Tujuan Utama
Tujuan ini menjadi dasar dan
orientasi semua sasaran yang harus dicapai dalam setiap pelayanan pastoral.
Tujuan utama juga tidak bisa terlepas
dari hakikat manusia itu sendiri seperti dikatakan oleh Kitab Suci. Konseling
harus berorientasi pada hakekat manusia yaitu manusia ciptaan Allah yang
segambar dan serupa Allah. Ada 3 tujuan
umum yang
1.
Memperdamaikan dengan Allah
Sebagian besar remaja akan merasa
sangat berdosa jika terlibat dalam pornografi. Mereka merasa bahwa setelah
menonton, melihat, dan mendengar yang berbau
porno mereka telah melakukan dosa
yang sangat besar. Apa yang dilihat mereka akan tersimpan dan akan terus
diingat. Ketika mereka mendengar ceramah atau nasehat, mereka akan mersa sangat
bersalah. Mereka mungkin memiliki niat untuk bergabung dalam kelompok remaja di
gereja namun mereka tidak percaya diri. Mereka akan menganggap orang-orang di
sekutarnya telah mengetahui atau takut jika orang-orang mengetahui kalau ia
mengkonsumsi hal-hal yan berbau pornografi.
Oleh sebab itu dengan konseling
pastoral, remaja akan ditolong untuk
menyadari bahwa mereka berharga di mata Tuhan. Ketika manusia berbuat dosa,
hubungan manusia dengan Allah telah terputus, namun karena kasih Allah kepada
manusia, Ia rela menyerahkan anak-Nya yang Tunggal untuk menebus dosa kita.
Tuhan Yesus yang penuh kasih telah mengampuni kita dari dosa yang telah kita
perbuat dan melalui itu kita
diperdamaikan dengan Allah dan kita telah menjadi bersih dari dosa-dosa.
Kini hubungan kita dengan Allah tersambung kembali. Begitu juga remaja yang terlibat dalam
pornografi, walaupun mereka melakukan hal-hal yang tidak sesuai dengan kehendak
Allah namun Allah akan selalu setia menunggu anak-anak-Nya untuk datang
kepada-Nya. Sama seperti seorang anak yang telah melakukan kesalahan datang
dengan jujur mengakui kesalahannya kepada bapanya. Begitupun remaja akan
ditolong agar mereka menyadari bahwa sebesar apapun dosa yang telah dilakukan,
Ia adalah Bapa yang setia menantikan anak-anak-Nya untuk mengakui segala
kesalahannya dan rindu agar memilki hubungan yang baik dengan anak-anak-Nya.
Dosa tidak lagi menghalangi kita untuk datang kepada Bapa di sorga, karena kita
telah ditebus dan menjadi bersih. “Sekalipun dosamu merah seperti kirmizi, akan menjadi putih seperti salju;
sekalipun berwarna merah seperti kain kesumba, akan menjadi putih seperti bulu
domba. (Yes.1:18).
Kita telah dilayakkan untuk datang kepada Allah karena Ia telah menebus dosa
kita.
2.
Remaja Kristen yang Terlibat
Pornografi Mempunyai Hidup
Yesus datang ke dunia ini agar kita
memilki hidup ( Yoh.10:10). Supaya setiap yang percaya kepada-Nya tidak binasa
melainkan memperoleh hidup yang kekal. Melalui konseling pastoral ini remaja
akan ditolong agar memahami bahwa di dalam Kristus, kita telah memilki hidup.
Yesus datang untuk memberikan hidup kepada kita manusia yang berdosa.
Remaja yang terlibat pornografi akan
merasa ditolak dan merasa terasing. Mereka merasak takut, merasa putus asa,
sehingga mereka akan menganggap hidupunya tidak berarti lagi. Melalui konseling
pastoral remaja dbimbing agar memahami bahwa hidup mereka sangat berarti. Yesus
datang ke dunia ini dan rela mati di kayu salib, hanya untuk memberikan manusia
hidup yang kekal. Konselor akan membimbing mereka agar mereka menyadari bahwa
kesalahan yang mereka telah lakukan adalah sebuah proses untuk mencapai hidup
yang sempurna di dalam Kristus. Walaupuun mereka telah melakukan
kesalahan-kesalahan, Allah akan mengampuni mereka, Allah tidak akan pernah
meninggalkan anak-anak-Nya. Karena kita telah menjadi anak-anak Allah dan
memperoleh hidup yang kekal, haruslah kita melakukan apa yang Tuhan kehendaki.
Konselor mengajak remaja untuk melakukan perubahan dalam diri mereka. Jika
sebelumnya mereka sering menonton film porno, mereka didorong untuk melepaskan
kebiasaaan itu secara perlahan-lahan. Meyakini mereka bahwa hidup mereka sangat
berharga dan tidak untuk disia-siakan. Allah yang akan menolong mereka untuk
menjadi serupa dengan Gambar Anak-Nya.
3.
Remaja yang Terlibat Pornografi
Mengalami Proses untuk Menjadi Sempurna dan Dewasa
Remaja telah memilki hidup di dalam
Kristus dan mengalami proses menjadi sempurna di dalam Kristus. Konselor
menolong remaja agar mereka memilki makna dalam hidupnya. Walaupun seorang
remaja telah terlibat pornografi, mereka tentu tidak langsung mengubah perilaku
mereka 180 derajat. Oleh sebab itu
konselor membimbing remaja dan memberi pemahaman bahwa untuk mencapai
kedewasaan, tentu melalui proses. Tidak terjadi dalam waktu yang singkat. Namun
harus selalu ada usaha dan remaja tidak perlu khawatir karena Roh Kudus yang
akan menolong mereka dan membantu mereka untuk menolak sifat-sifat yang yang
mencegah dia untuk bertumbuh menjadi dewasa.
v Tujuan Khusus
Ada banyak konselor/ pendeta memilki
tujuan khusus yang tidak jelas/ kabur tentang yang mereka inginkan dalam konseling- mungkin hanya sekedar
konseli agar remaja merasa lebih baik. Akibatnya konseling tidak berjalan
secara efektif dan tanpa arah yang jelas. Tujuan khusus konseling pastoral
sangat bergantung pada beratnya problem
konseli. Collins merumuskan beberapa tujuan khusus konseling pastoral[14][14]
1.
Memahami Diri Sendiri.
Ini merupakan langkah awal
penyembahan. Mengarahkan remaja untuk melihat diri untuk mengakui bahwa dia
adalah seorang yang telah kecanduan dan memerlukan bantuan konselor untuk
menolong mereka melepaskan diri dari pornografi. Seringkali konseli remaja tidak mau mengakui bahwa mereka tidak berdaya dan
kecanduan pada pornograf. Namun pertanyaannya sampai kapan mereka akan
menghindar?, sangat menolong mereka mengakui bahwa mereka sedang benar-benar
bermasalah dan memerlukan bantuan. Perlunya
mengenali sejauh mana remaja telah kecanduan (dengan pertanyaan dan skala).
2.
Komunikasi
Banyak remaja yang terlbat
pornografi akan merasa susah untuk berkomunikasi. Mereka mungkin takut atau
bahkan malu jika seseorang mengetahuinya kalau ia sering mengkonsumsi hal-hal yang berbau porno. Sehingga ia
mungkin akan menutup dirinya. Pecandu pornografi mengisolasi diri, menjauh dari
orang lain dan menanggung “penderitaan”nya sendiri. Pecandu akan mengalami perasaan berdosa, bersalah ketakutan dan penolakan
yang sangat dalam. Hal ini merusak hampir semua aspek hidupnya. Oleh sebab itu,
penting sekali bagi konseli untuk mengungkapkan perasaannya secara jujur dan
bebas. Remaja akan
di dorong agar ia mengatakan yang sebenarnya. Remaja didorong agar dapat
mengkomunikasikan apa yang dirasakan, yang dipikirkan, dan sifat secara akurat
dan efektif.
3.
Belajar dan Merubah Tingkah Laku
Setelah itu konselor akan membantu
konseli untuk merubah tingkah lakunya yang mana sebelumya mereka menghabiskan
waktunya untuk melihat hal-hal negatif, namun setelah mereka mengetahui bahwa
itu adalah tindakan yang dapat merusak hubungan mereka dengan Allah dan
sesamanya, konselor kemudian menjelaskan bagaimana remaja menggunakan waktu yang telah diberikan Tuhan
untuk melakukan yang lebih bermanfaat.
Remaja dibantu untuk selalu belajar dari kegagalan dan terus mencoba.
Walaupun mereka bukan dalam waktu singkat meninggalkan hal-hal yang berbau
porno, konselor akan terus membantu mereka agar dapat merubah tingkah laku
mereka. Konselor akan menolong konseli untuk membuat standar kedisplnan yang
diambil. Semakin mereka dapat memutuskan untuk diri mereka sendiri, semakin
mereka dapat mengontrol diri mereka sendiri. Mereka akan ditolong agar dapat
membuat perencanaan aktifitas sehari-hari dan evaluasi keberhasilannya di dalam
setiap pertemuan konseling.
4.
Aktualisasi Diri
Kemudian setelah mengetahui tujuan
hidup seorang yang telah hidup di dalam Kristus yaitu menunjukkan sikap Kristus
di dalam kehidupan-Nya. konselor menolong konseli untuk mengembangkan
potensi-potensi yang mereka milki kemudiam mempergunakan itu untuk kemuliaan
Tuhan. Konseli tidak perlu khawatir karena ada Roh Kudus yang memampukan
seseorang melakukan kehendak Allah. Dalam proses itu tentu tidak mudah, banyak
permasalahan-permasalahan dari dalam dan dari luar yang akn menghambat. Namun
harus selalu berjuang untuk melawan penghambat-penghambat itu karena ada Allah
yang menuntun.
5.
Mendukung
Setelah
sasaran ditetapkan, Konselor akan menolong konseli dan mendorong konseli untuk bertindak
sehingga sasaran yang telah ditetapkan dapat tercapai. Evaluasi terus semua keberhasilan dan
kegagalan. Konselor akan selalu memberikan motivasi dan dorongan yang
sungguh-sungguh. Dan yang terpenting adalah konseli akan selalu mendoakan
konseli agar Tuhan benar-benar menolong mereka untuk konsisten dan tidak putus
asa ketika mencoba semua usaha untuk menolong mereka lepas dari kecanduan ini.
v Tahap-tahap Konseling Pastoral
Kasus (penulis mengambil dari kisah nyata yang
ditulis di salah satu blog): [15][15]
Nama
samaran: Ani
Aku adalah seorang remaja perempuan,
aku dilahirkan di keluarga yang sederhana namun sangat dihormati. Yah begitulah
hidupku memang biasa-biasa saja.. Sampai aku di kirim di asrama oleh orang
tuaku. Aku bertahan di asrama itu selama 1tahun sampai kelas 2 SMA. Aku
memutuskan untuk pindah ke sekolah dekat rumahku dengan alasan tak betah lagi.
Akupun merasa tanpa hidup di asrama hidupku baik-baik saja dan tak terjerumus
dalam pergaulan bebas. Dua bulan setelah keluar dari asrama. Aku memang bisa
menjaga diri dan tak pernah kencan dengan lelaki manapun. Penyebabnya bukan
karena aku terlalu menjaga diri tetapi karena aku terlalu merendahkan diri dan
merasa tak ada satu laki-lakipun tertarik padaku. Aku benar-benar minder.
Hingga karena keminderanku, aku mencari pelampiasan yaitu mulai mengenali
pornografi. Kepercayaanku semakin jatuh,
aku semakin menarik diri dari pergaulan teman dan keluarga. Aku sekarang merasa
menjadi perempuan yang hina dan munafik. Aku sudah merasa ketagihan dan tidak
tahu harus berbuat apa untuk menghilangkan ketagihan tersebut. Aku benar-benar
frustasi.Aku tidak tahu apa yang akan dikatakan oleh orang-orang yang
disekitarku yang telah menilaiku baik, padahal aku adalah seorang yang
sebaliknya. Mungkin tidak ada orang yang percaya bahwa perempuan seperti aku
bisa saja jatuh ke dalam pornografi. Tetapi inilah kenyataan, setiap aku ingin
berhenti, semakin aku terperosok ke dalamnya. Aku merasa Tuhan sudah tidak
ingin melihat dan menegur aku lagi.
Ada Lima
Tahap Konseling Pastoral:
1.
Pra Konseling
Dalam
tahap ini konselor akan membangun hubungan
dengan konseli. Membangun hubungan akan meningkatkan kepercayaan konseli
kepada konselor. Penerimaan, kepedulian, kesedian mendengar, dan pengertian akan kondisi
konseli adalah langkah awal konseling. Oleh sebab itu, konselor perlu
benar-benar mendoakan konseli sebelum bertemu dan menolongnya. Konselor tidak
langsung memaksakan Ani untuk menceritakan masalahnya. Namun memberikan
beberapa pertanyaan “basa-basi“ agar Ani merasa lebih rileks dan nyaman
sehingga ia tidak takut dan dengan jujur untuk menceritakan masalahnya.
2.
Mendengarkan dengan Efektif
Dalam sesi konseling yang baik
pastilah terjadi dialog yang cair antara konselor dengan konseli, dan ini akan
terjadi jika konselor memiliki keterampilan mendengarkan aktif. Keterampilan
dasar yang harus dikuasi konselor. Mendengarkan aktif (active listening)
berbeda dengan mendengar (hearing). Mendengarkan aktif merupakan sebuah proses
yang kompleks, melibatkan semua panca indera dan bagian-bagian tubuh lain
secara aktif sehingga pesan yang disampaikan menjadi bermakna. Sedangkan
mendengar merupakan respon fisiologis saat menerima stimulus yang berupa suara
dengan indera pendengar. Jadi seorang konselor menaruh minat persoalan
pornografi remaja dan peduli dengan apa
yang dipikirkan dan dirasakannya. Konselor menganggap Ani adalah seorang yang
berharga dan tidak menghakimi Ani dengan masalah pornografi yang ia alami.
Konselor berusaha memahami, memaafkan, dan menerima sudut pandang Ani.
Mendengarkan aktif akan membantu konselor dan remaja memahami mengenai apa yang
terjadi, karena dalam kondisi bermasalah, konseli tidak selalu dapat berfikir
jernih.
3.
Memberi Tanggapan yang Membangun
Setelah Ani menceritakan masalahnya, konselor
akan memberikan tanggapan terhadap masalah yang dihadapi oleh Ani. Namun,
tanggapan ini sebaiknya tidak menghakimi dan memojokkan Ani. Kita telah
mendengar bahwa Ani menarik dirinya dari komunitas karena tidak terlalu percaya
diri dan Ani juga merasa ketakutan, jikalau orang yang ada di sekitarnya
mengetahui kalau ia sering menonton film porno. Jadi yang menyebabkan Ani
terlibat pornografi karena adanya rasa minder dan ketertutupan. Rasa minder
biasanya dialami karena melihat orang yang lebih dari pada kita. Dalam kasus di
atas, Ani mungkin merasa minder karena melihat orang-orang yang lebih dari dia,
lebih cantik, lebih pintar, dsb. Apalagi ia adalah murid pindahan dan masih
menyesuaikan diri dengan lingkungan barunya. Ia merasa kurang percaya diri
melihat orang yang yang ada disekitarnya dan berusaha untuk menutup diri.
Kemudian Ani juga merasa bahwa tidak ada cowok yang menyukainya. Ini mungkin
karena ia terlalu menutup dirinya. Ia membuat tembok pemisah yang sangat tinggi
sehingga tidak ada yang sanggup melewatinya. Ia menutup dirinya sehingga tidak
ada orang yang berani mendekatkan diri kepadanya. Rasa minder disebabkan karena
terlalu fokus kepada kelemahan dan selalu memandang ke atas. Konselor akan
membantu Ani mengenali dirinya.
Dengan mengajukan pertanyaan-pertanyaan yang menjurus kepada
kemampuan-kemampuan yang Ani miliki. Karena setiap orang pasti memiliki
kemampuan, konselor akan menunjukkan bahwa Ani adalah seorang yang sangat
berharga dan memiliki kelebihan-kelebihan yang dapat dilakukan dan
dikembangkan. Kemudian juga konselor akan menyampaikan tentang pentingnya
memiliki hubungan yang dekat dengan seseorang walaupun tidak harus seorang
pacar, misalnya teman dekat, sahabat, dsb. Setiap kita menjalin hubungan dengan
orang lain tidak ada tuntutan untuk
menjadi seorang yang sempurna. Jika kita menjalin hubungan dengan orang lain
dengan tulus maka apapun kelemahan yang kita miliki pasti akan diterimanya.
Kemudian Ani mengatakan bahwa sebagai pelampiasannya
terhadap rasa minder itu, ia kemudian terjerat ke dalam pornografi dan sangat
sulit untuk lepas dari jeratan itu. Tentulah tidak semudah itu untuk mengubah 180 derajat. Namun ia dapat melakukannya
melalui proses yang harus ditempuh. Namun Sebelumnya konselor akan menjelaskan
bahwa pada masa remaja adalah masa transisi, masa yang penuh dengan gejolak,
masa bertanya, masa pubertas, oleh sebab itu tidak heran jika banyak remaja
yang terjerumus ke dalam pornografi. Konselor akan menjelaskan kepada Ani
beberapa dampak buruk dari pornografi. Misalnya seseorang yang sering menonton
film porno akan memiliki kemungkinan yang sangat besar terjerat ke dalam seks
bebas, merusak hubungan dengan Allah dan orang-orang terdekat, menyebabkan
konsentrasi terganggu, menyebabkan kekhawatiran, dsb. Namun jika Ani ingin
berubah belum terlambat. Banyak hal-hal
yang dapat dilakukan Ani, pertama harus memilki tekad yang kuat, seperti yang
telah diceritakan oleh Ani bahwa dia pernah mencoba namun putus asa, berarti
Ani sudah memilki usaha namun merasa putus asa karena tidak sanggup, karena itu
konselor akan meyakinkan diri Ani, bahwa ia dapat meninggalkan kebiasaan
menonton film porno tetapi dia juga harus siap untuk berkorban. Mengorbankan
waktunya untuk melakukan hal-hal yang lebih bermanfaat. Kemudian ia juga tidak
perlu takut untuk bergaul dengan orang lain, semua orang memiliki kekurangan
dan kelemahan, orang-orang akan menerima dirinya apa adanya. Kemudian Ani juga harus berkorban untuk
mengurangi waktunya di depan komputer dan membuka internet, dan mengembangkan
bakat dalam meningkatkan kemampuan yang ia miliki. Konselor akan membangkitkan
semangat Ani untuk menolong dia melakukan hal-hal yang lebih bemanfaat dengan
semangat dan tekad untuk berubah.
4.
Pengalaman Spritual dengan Tuhan
Kesalahan
yang Ani perbuat membuat ia merasa dirinya munfik dan hina. Ia bahkan merasa
bahwa Tuhan tidak ingin melihat dan menegur dia lagi. Ani merasa sangat putus
asa dan frustasi yang sangat mendalam. Kesalahan-kesalahan yang ia lakukan
terus membayangi pikirannya dan menghantuinya. Sehingga ia merasa hidupnya
sangat berdosa dan tidak berarti lagi. Oleh sebab itu, konselor akan menolong
Ani menyadari bahwa betapa berharganya manusia di hadapan Tuhan. Terlihat jelas
ketika Allah menciptakan manusia yang begitu istimewa segambar dan serupa
Allah. Kemudian ketika manusia jatuh ke dalam dosa karena pemberontakannya,
Allah yang pengasih memberikan Anak-Nya bagi manusia, menderita dan mati di kayu salib untuk
menebus dosa-dosa kita. Ia Allah yang pengasih dan penyayang. Begitu juga bagi
Ani, Allah tidak menentukan siapa yang Ia selamatkan. Justru Ia datang ke dunia
bagi manusia yang berdosa dan hina. Manusia menjadi putih dan bersih dari dosa karena
Tuhan kita Yesus Kristus telah menebus dosa. Kesalahan yang Ani lakukan tidak
membuat Allah membenci dan menjauh dari Ani. Ia bahkan ingin menarik dan
memeluk Ani agar dapat lebih dekat lagi. Ia datang ke dunia karena ingin
memberikan kita “hidup” yang kekal dan “hidup” berkelimpahan. Manusia tidak
luput dari kesalahan. Melalui kesalahan-kesalahan itu Allah ingin membentuk
kita menjadi bejana yang sempurna. Sehingga kita mencapai kedewasaaan hidup di
dalam Yesus Kristus. Jadi saat ini yang Ani harus lakukan bukan hanya
berusaha dengan sekuat tenaga agar tidak
kecanduan lagi. Namun yang terutama adalah Ani harus datang kepada Allah dan
mengakui semuanya dengan tulus dan jujur setelah itu Ani harus selalu mengingat
bahwa hidup Ani sangat berharga bagi Allah. Allah ingin Ani memilki hubungan
khusus dengan-Nya. Sama seperti seorang ayah yang selalu merindukan anaknya
demikan juga Bapa merindukan Ani untuk selalu datang kepada-Nya. Kita manusia
mungkin selalu berubah namun Tuhan tidak pernah berubah. Konselor memberikan
Ani kesempatan untuk membaca Alkitab yang terambil dalam 1 Yohanes 1:9 “Jika kita mengaku dosa kita, maka Ia
adalah setia dan adil, sehingga Ia akan mengampuni segala dosa kita dan
menyucikan kita dari segala kejahatan”. Setelah membaca, konselor kemudian
mendoakan Ani.
5.
Merancang Perubahan Sikap dan
Perilaku
Setelah melalui keempat tahap, tahap
yang terakhir adalah bagaimana konselor membantu Ani dalam merancang perubahan
sikap dan perilaku yang akan menjadi sasaran atau tujuan hidupnya. Konselor
memberikan pulpen dan kertas agar memudahkan Ani terus mengingat momen di mana ia berjanji melakukan perubahan dalam
hidupnya. Misalnya:
1.
Berdoa dan
saat teduh setiap hari sebelum beraktivitas.
2.
Membaca
buku-buku yang menginspirasi dan memotivasi.
3.
Mengikuti
organisasi di sekolah.
4.
Berpikir
positif
5.
Mengembangkan
bakat yang ia miliki, misalnya mengikuti les vokal, piano, dsb.
6.
Aktif dalam
pelayanan dan mengikuti kegiatan-kegiatan remaja di gereja
7.
Tidak
membuka komputer/laptop jika tidak ada hal yang penting
8.
Membukan
diri kepada orang lain
9.
Mencari
aktifitas-aktifitas positif yang membangun.
KESIMPULAN
Jadi, pelayanan pastoral kepada
remaja yang terlibat pornografi sangat penting. Para pemimpin remaja seharusnya
selalu siap untuk mengantisipasi dan membimbing para remaja yang terjerat dalam
kasus pornografi sebelum para remaja diperbudak dan terjerumus dalam seks
bebas. Para remaja yang terlibat pornografi saat ini merasakan kegelisahan,
ketakutan, kecemasan, rasa bersalah, hidupnya tidak berarti, dan mereka sangat
membutuhkan pemulihan, baik secara fisik maupun rohani. Pelayanan pastoral akan
membantu remaja menemukan makna dan tujuan hidupnya. Sehingga mereka dapat
dipulihkan dan memiliki hidup yang baru di dalam Kristus.
DAFTAR
PUSTAKA
Armando,
Ade. Apakah Pornografi. 81-82.
Collns, Gary. Christian Counseing: A Comprehensive
Guide
Mulyono,
Yohanes Bambang . Kenakalan
remaja, (Yogyakarta: Andi Offset, 1986
Nuhamara,
Daniel PAK Remaja. Bandung: Jurnal
Info Media, 2008
Sarwono,
Sarlito Wirawan. Psikologi Remaja, Jakarta: Kharisma Putra Utama Offset, 2002
Welch Edward T. Kecanduan: Sebuah Pesta Dalam Kubur.
Surabaya: Momentum, 2005
INTERNET
file:///E:/Remaja%20Pornografi/Pornografi%20%20Wikipedia%20bahasa%20Indonesia,%20ensiklopedia%20bebas.htm
file:///E:/Remaja Pornografi/Efek Buruk Sering
Menonton Video Porno _ LensaIndonesia.htm
file:///E:/Remaja%20Pornografi/Pengaruh%20Pornografi%20Terhadap%20Perilaku%20Anak.htm
http://kalamkudusmalang.blogspot.com/2013/01/pornografi-pada-generasi-muda-mental.html#
[2][2]
Daniel Nuhamara, PAK Remaja (Bandung:
Jurnal Info Media, 2008) hal. 9
[3][3]Dr.
Sarlito Wirawan Sarwono, Psikologi Remaja,
(Jakarta: Kharisma Putra Utama Offset, 2002) Hal.7
[4][4]
http://his-shelter-community.blogspot.com/2009/12/konseling-remaja-kecanduan-pornografi.html
[5][5]
file:///E:/Remaja%20Pornografi/Pornografi%20-%20Wikipedia%20bahasa%20Indonesia,%20ensiklopedia%20bebas.htm
[6][6]Edward
T. Welch, Kecanduan: Sebuah Pesta Dalam Kubur (Surabaya: Momentum, 2005)
79-99
[7][7]
http://kalamkudusmalang.blogspot.com/2013/01/pornografi-pada-generasi-muda-mental.html#
[8][8] Ade
Armando, “Apakah Pornografi” 81-82.
[9][9]
file:///E:/Remaja Pornografi/Efek Buruk Sering Menonton Video Porno _
LensaIndonesia.htm
[10][10]
file:///E:/Remaja%20Pornografi/Pengaruh%20Pornografi%20Terhadap%20Perilaku%20Anak.htm
[11][11] Ibid
[12][12] ibid
[13][13] ibid
[14][14] Gary
Collns, Christian Counseing: A Comprehensive Guide, hal 18
[15][15]
http://www.ceritacurhat.com/kecanduan-film-porno.htm
Comments
Post a Comment
no SARA NO pornografi